Fanfiction Just 4 Minute
Ini fanfiction pertama aku..~
Maaf kalau jelek
Tittle : Just 4 Minute
Author : Ohna'94
Main Cast : Shin Hye Ah (OC/You) X Mark (GOT7)
Genre : Fluff, Comedy
Rating : T
Length : Ficlet
Desclaimer : Semua yang terdapat di ff ini murni khayalan author yang terinspirasi dari beberapa drama korea. Mohon maaf jika ada kesamaan cast dan alur, itu hanya unsur ketidaksengajaan.
NB : Luangkan waktumu dengan mengklik komentar untuk memberi semangat author.
~HAPPY READING~
# Hye Ah pov #
Aku membuka mata perlahan kala sinar matahari menembus kamarku. Dengan tertatih, ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi yang berada di depan ranjangku.
"Tolong aku!"
Suara teriakan dari luar cukup membuatku tersentak dan bergegas menuju ke arah suara itu muncul.
Mataku membulat saat melihat sosok namja berdiri tepat di depanku tanpa memakai sehelai kain pun. Oh, astaga! makhluk apa ini? tanpa aku sadari aku memejamkan mata lalu terjatuh dengan sendirinya dan semuanya mendadak berwarna hitam.
*****
Aku mengerjapkan mata berulang kali mengingat kejadian yang membuatku berada di ranjangku. Bukanah tadi aku sudah keluar dari kamarku? kenapa aku kembali tidur lagi di sini? Fikiranku terus berkecamuk dan suara pecahan piring terdengar nyaring di luar yang langsung membuatku berlari keluar kamar.
"Astaga!"
Nampaklah sosok namja berkulit putih dan badannya terbalut selimut sedang bersiap ingin menjatuhkan piring lagi. Dengan cepat ku langkahkan kakiku ke arahnya dan langsung mengambil benda itu dari tangannya. Mataku menatapnya tajam seakan meminta penjelasan tindakan bodohnya ini. Tapi ia justru menatapku dengan memasang wajah polosnya.
"Nuguya? kenapa kau berada di rumahku? dan kenapa kau memecahkan semua piring ku? dan..." Aku berjalan memutari tubuhnya, menyelidiki setiap anggota badannya, "Apa kau manusia?"
Sedetik kemudian hingga beberapa menit aku menunggu jawabannya, tetapi ia terus diam dengan memberi tatapan yang sulit ku artikan. Aku kemudian menghela nafas berat merasa aku hanya membuang waktu meneladeni pria batu sepertinya.
*****
"Kau mau makan apa?" ucapku sambil meliriknya yang sedang duduk manis di sofa.
Pria itu hanya menggelengkan kepala sebagai jawabannya. Aku lalu beranjak dari tempatku duduk dan beralih melihat almari ku yang menumpuk sejuta pakaian ku.
"Waktunya berkemas!"
Dengan dibantu oleh pria asing dan gila ini, aku merapikan pakaian ku yang ada di almari. Tanganku menggapai baju yang cocok di pakai untuknya.
"Pakai ini!"
Aku menyerahkan baju itu dan ia pun menerimanya. Aku menangkap rautnya yang kebingungan dengan apa yang telah ku berikan.
"Itu baju yang ku berikan untukmu. Sekarang pergi ke kamar, ganti pakaianmu! setelah itu pergilah dari rumahku! Arra?" ujarku sambil menatapnya tajam.
Tangannya terus memegang baju itu, matanya berubah merah dan ia seperti menahan marah yang sontak membuatku terkejut bukan main.
"A.. Apa yang akan kau lakukan? pergi!" teriakku histeris kala melihat pria itu perlahan mendekatiku dengan ekspresi menakutkan.
Tuhan, lindungi aku dari makhluk aneh ini. Aku terus memundurkan langkahku berusaha menjauh dari sosok aneh itu.
Tiba-tiba dengan secepat kilat ia berubah menjadi pria tampan dan berkharisma. Mataku mengerjap beberapa kali melihat peristiwa itu. Tepat saat itu, aku berubah menjadi patung. Ia tetap berjalan mendekat an aku bisa merasakan ada gumpalan lembut yang menempel di bibirku.
Apa? jangan bilang dia menciumku. Dengan segera aku melihat matanya, dan ya! dia sedang menciumku! ada apa denganku? kenapa aku tidak berusaha menghentikan ini? apakah aku menikmatinya? tidak, tidak! itu tidak mungkin!
Ia kemudian melepas bibirnya yang menempel di bibirku dan setelah beberapa menit ia tersenyum manis, bahkan manis sekali. Aku bahkan rela tak berkedip demi melihatnya tersenyum. Senyuman yang sukses telah meluluhkan hatiku.
"Gomapta," ucapnya lirih sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku, "Untuk semuanya."
Bisa kupastikan, raut wajahku sudah berubah warna merah bak kepiting rebus. Dasar! pria bajingan! kau sudah melelehkan hatiku, bodoh! ucapku yang tertahan di tenggorokan.
Ia kemudian memelukku erat, seakan tak mau melepasku. Aku merasa sangat nyaman berada di dekatnya. Tuhan, jangan pernah mengambilnya dari hidupku. Karena aku mencintainya. Meski hanya empat menit pertemuan kami, aku yakin cinta kami akan abadi untuk selamnya.
0 comments:
Post a Comment